12 Menit yang Bermakna


“Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya” . ( HR : Tirmidzi, Ibnu Majah)

Berapakah umur kita sekarang?. Andaikan jatah umur kita 60 tahun, boleh jadi separuhnya telah kita lalui, bahkan lebih. Lalu, berapa waktu yang terbuang percuma untuk bermalas-malas?. Sungguh, waktu terus berputar dan tak pernah kembali, laksana anak panah yang lepas dari busurnya menuju sasaran, apakah mungkin berbalik lagi?. Hari-hari terus berlalu, masa terus berganti. Namun, kita belum juga bisa menata hidup ini menjadi lebih baik, dan lebih bermakna di hadapan Allah SWT. Iman kita masih limbung, lebih banyak turunnya dan tidak pernah naik-naik, wallahul musta’an


Sementara kesibukan duniawi kita kian menumpuk, belum selesai urusan satu, datang lagi urusan lain yang tak kalah pentingnya. Begitulah, hari-hari kita menjadi individu yang paling sibuk untuk perkara dunia, sementara untuk perkara akhirat kita hampir tak punya waktu, nyaris hanya sisa-sisa keletihan. Begitukah sikap mu’min yang baik?, hanya memberikan sisa waktu kepada Allah ‘Azza Wajalla.

Sungguh mengherankan, ketika kita bisa membuat jadwal untuk setumpuk kegiatan duniawi kita, kita buat “time table” untuk target pekerjaan kita. Tapi, pada saat yang sama, untuk perkara yang sangat urgen, yang menentukan akhir kehidupan kita bahagia atau sengsara, surga atau neraka, kita justru lalai. Terpedaya oleh kenikmatan semu dunia, terbujuk oleh rayuan syetan durjana. Ingatlah tatkala Nabi Muhammad saw memberikan nasehat mulia kepada Ibnu Umar r.a , “Hiduplah di dunia seakan engkau ini seorang asing atau pengembara yang sedang berkelana” (HR : Bukhari)

Menata Waktu
Tidakkah kita berusaha menata waktu yang tersisa untuk senantiasa melakukan amal ketaatan kepada Allah SWT?. Marilah kita merenggut kembali sisa waktu kita untuk bertaqarrub kepada Sang Khalik. Kita mulai dari waktu yang terkesan kecil dan tidak bermakna. Tidakkah kita bisa meluangkan satu jam saja waktu yang kita miliki dalam sehari untuk membaca dan mentadabburi al qur’an. Sekiranya kita bisa istiqomah dalam hal ini, Anda pasti akan terkejut, karena kalau kita lancar membaca al qur’an satu jam adalah waktu yang cukup untuk membaca saju juz al qur’an, subhanallah. Bayangkan, seandainya itu benar-benar kita lakukan tiap hari, niscaya satu bulan kita akan mengkhatamkan 30 juz !!!. Apalah artinya satu jam dibandingkan delapan jam waktu yang kita habiskan untuk bekerja.

Kalau begitu, pertanyaannya adalah sanggupkah kita meluangkan waktu kita “hanya satu jam saja” dari 24 jam waktu kita sehari untuk membaca al qur’an? Bagaimana bisa?. Cobalah kita jujur pada diri sendiri, berapa waktu yang kita luangkan untuk menonton acara favorit kita di televisi? berapa banyak waktu terbuang sia-sia hanya untuk bersenda gurau, mendengarkan musik dsb?. Mengapa untuk melakukan aktifitas yang jelas-jelas melalaikan, dan mengeraskan hati ini kita masih saja punya waktu. Di sisi lain, untuk satu jam sehari saja membaca al qur’an hati kita begitu berat, lidah kita serasa kaku dan kelu. Seakan ada beban batu seberat gunung yang membebani pundak-pundak kita, sehingga dada menjadi sesak dan terengah.

12 Menit yang bermakna

Mestinya kita bisa memanfaatkan 12 menit waktu sesudah sholat fardhu untuk membaca al qur’an. Jadi, dalam sehari kita bisa membaca lima kali, atau 60 menit. Sekali lagi, itu adalah waktu yang lebih dari cukup buat kita untuk mengkhatamkan satu juz sehari atau 30 juz dalam sebulan. Ini bukan sesuatu yang sulit, manakala kita mempunyai ‘azzam yang kuat.

Seorang mu’min yang unggul haruslah memiliki ‘azzam yang kuat. Bukankah untuk meraih sebuah cita-cita dibutuhkan kesungguhan, segala sesuatu yang berharga dan pengorbanan jiwa. Kemuliaan itu tergantung penghalang-penghalang yang merintanginya. Kebaikan dan kebahagiaan tidak akan didapat kecuali setelah melalui dan merasakan yang namanya kesulitan. Tujuan hidup takkan tercapai tanpa susah payah, pengorbanan, dan keletihan demi keletihan. Demikian halnya tekad kita untuk meluangkan “satu jam sehari” membaca satu juz al qur’an pun membutuhkan semuanya itu. Ketika kita berhasil melakukannya, maka sungguh kita telah berhasil merenggut kembali waktu kita yang terbuang percuma untuk bermalas-malas menuju kepada keridhoan Allah SWT semata.

Akhirnya, marilah kita ber’azzam untuk bisa istiqomah meniti hidup dalam bimbingan al qur’an dan sunnah, hidup dalam ketaatan ibadah kepada Allah ‘Azza wajalla.

Wa Allahu A’lam

Belum ada Komentar untuk "12 Menit yang Bermakna"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel